Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2014

Perjalanan Menuju Kawan

Angkutan umum yang melaju seiring hujan yang kian turun membasahi dataran yang kering ini. Sudah lebih delapan jam tetes-tetes air terus jatuh dari langit. Kepulan polusi yang memenuhi paru-paru kota, seakan dibersihkan dengan kesegaran air hujan yang terus menerpa bumi. Aku sendirian lagi. dalam suatu perjalanan mengasingkan diriku dari keluargaku. Kalau boleh jujur. aku muak sekali hidup diantara mereka. Menyebalkan. Jika mereka memang tak mengharapkanku. Bunuh saja diriku ini. aku lelah terus menerus dicaci dan di maki. Sepertinya pikiranku ini sudah kelewat waras. mungkin diriku ini memang sudah rusak dan terus saja kurusak. Dalam perjalanan ini, semoga saja aku bisa bertemu kawan lama yang mungkin saja bisa memberikanku sedikit pencerahan. Dalam pelarian, aku tak mau kembali kemana kesedihan ada didalamnya.

Rasa Cinta.

Walau aku mengharapkannya pun, kamu tidak akan pernah bisa kumiliki.. Ah,, hukum pertukaran setara memang terkadang menyebalkan. sekeras apapun aku mencoba mengorbankan sepenuh jiwa dan hatiku, tetap tidak mungkin untuk menukarnya dengan hatimu yang telah terisi dirinya. aku sadar, aku hanyalah buih kecil dalam genangan air kotor yang tidak akan pernah bisa menjadi murni, karena air limbah yang kotor telah tercampur dengan berbagai macam kotoran dan juga hatiku memang terisi penuh dengan kegelapan. kelam dan juga busuk. Hei... Bagaimana mungkin aku bisa membahagiakanmu sedangkan hatiku sendiri saja tidak bisa mengetuk pintu kebahagiaan. Bagaimana mungkin air limbah yang kotor bisa menyegarkanmu dari rasa dahaga. Aku hanya akan menambah perih dan pedih dalam tenggorokanmu. Malam ini yang kulalui sendiri terkadang terasa menyakitkan bila tak ada seorang pun yang bisa menemaniku. Tapi sepertinya aku tidak butuh. Aku tidak ingin kegelapanku mencemari cahaya sekelilingku. Hanya akan menjadi

Haruskah Aku Pulang Sekarang

Haruskah aku pulang sekarang? tapi jika aku pulang, hanya akan menambah beban orang tua dan juga hanya akan menjadi makian saja. dan karena aku tahu ayahku tidak bangga dengan kehadiranku. jadi lebih baik aku pergi saja. andai mati itu lebih indah dari pada kenyataan. aku siap mati kapanpun itu. tapi jika aku mati, apakah mereka akan bersedih atas kematian diriku. semoga saja mereka bahagia karena beban mereka telah berkurang meskipun tidak banyak. yah setidaknya mereka tidak perlu repot-repot memikirkanku.

Laut

Karawang Mungkin laut ini memang tidak begitu indah. tapi kenangan persahabatan dan kejadian yang membuat senyum diwajah begitu berarti lebih dari apapaun. keindahan laut ini bukan terletak dari pemandangannya atau lautnya yang bersih. cukup dengan kebersamaan bisa membuat suasana menjadi lebih tentram dan nyaman. Karawang tempat seorang kakak kelasku yang begitu baik. disini aku mengerti bahwa dirinya memang benar-benar baik dan tak akan pernah mungkin mengecewakanku biarpun aku sudah berulang kali membuat masalah.

GRANDZ

GRANDZ I Dont Know.. What must i do. Dalam rangka hanya dalam imajinasi yang terkurung dalam tempurung dunia kecil didalam angan. seluas pandangan dua jengkal tangan. menghadapi betapa sakitnya kehidupan yang nyata ini. apakah aku ini terlahir didunia yang salah atau diriku ini sedang bermimpi. tapi, hal yang pertama kali terlihat adalah kilauan cahaya yang terus menyongsong hari. partikel cahaya yang dengan angkuh membakar pesona udara dengan gesekan kuat. dan lagi, hal yang kusadari adalah kelima orang yang berada didepanku. mereka cukup baik membiarkan aku ikut bersama mereka, tapi mereka tidak menyadari bahwa luka yang kusimpan juga menyakiti hati mereka perlahan. seperti menusuk dari belakang. betapa liciknya diriku membiarkan mereka merasakan kepedihan yang kusimpan dalam hati. Aku mencoba untuk pergi meninggalkan mereka dan mereka menarikku kedalam lingkaran persahabatan yang berbagi rasa sakit. mereka tidak meninggalkanku biarpun mereka menyadari betapa liciknya diriku.

Perjalanan Ini

Perjalanan ini Kebisingan yang selalu kudengar sekarang bias dalam relung hati dan hanya bisa dirasakan sendiri. pandangan yang selalu kulihat sekarang hanyalah ilusi mata yang rindu akan mereka. kini kutinggalkan tempat yang membuatku mengerti siapa aku. menunggu kereta yang akan membawaku jauh dari pandangan yang selalu kukenang. dalam waktu yang kian menipis aku mendambakan seseorang datang untuk mengucapkan kata "selamat tinggal". tapi itu hanyalah angan belaka sampai waktu keberangkatan sudah didepan mata. memasuki gerbong kereta dengan rasa kesepian. mendengar alunan nada kebisingan baja yang berdenyit pilu. kutinggalkan untuk waktu yang lama. terbayang senyuman mereka membuat air mataku jatuh. rasa yang terbendung kini jelas bahwa tiada yang mengharapkanku. perjalanan yang panjang yang akan merubah cara pandangku. kuharap mereka tetap mau mengakuiku sebagai teman.