Kegelapan hanya membutakan mata kananku, menutupnya adalah jalan terbaik. Mata kiriku hanya diliputi kebencian, maka kubiarkan terbuka. Kegelapan sudah merenggut sebagian hidupku. Emosiku, sudah tidak peka.
Entah siapa atau mengapa, semua sama.
*
Bangun dari tidur. Aneh, hanya mata kiriku yang bisa terbuka. Hal yang pertama kulihat adalah cahaya lampu kamar. Aku tidak bisa bergerak, di mana aku?.
Aku mencoba mencari tahu.
Ayah, Bunda. Mengapa mereka ada disampingku, tunggu dulu, ternyata aku berbaring diatas ranjang rumah sakit. Apa yang sebenarnya sedang terjadi. Aku mencoba menggerakan tanganku, argh, sakit sekali. Bagian kanan tubuhku di balut perban. Kepalaku juga diperban, menyisakan mata kiriku yang masih bisa melihat.
Ah iya, aku ingat sekarang. Ledakan semburan api. Merenggut sebagian hidupku. Tapi, seharusnya seluruh tubuhku terbakar. Sepertinya aku melupakan sesuatu. Kulirik jam dinding. Sudah tengah malam, sebaiknya aku istirahat lagi.
Entah siapa atau mengapa, semua sama.
*
Bangun dari tidur. Aneh, hanya mata kiriku yang bisa terbuka. Hal yang pertama kulihat adalah cahaya lampu kamar. Aku tidak bisa bergerak, di mana aku?.
Aku mencoba mencari tahu.
Ayah, Bunda. Mengapa mereka ada disampingku, tunggu dulu, ternyata aku berbaring diatas ranjang rumah sakit. Apa yang sebenarnya sedang terjadi. Aku mencoba menggerakan tanganku, argh, sakit sekali. Bagian kanan tubuhku di balut perban. Kepalaku juga diperban, menyisakan mata kiriku yang masih bisa melihat.
Ah iya, aku ingat sekarang. Ledakan semburan api. Merenggut sebagian hidupku. Tapi, seharusnya seluruh tubuhku terbakar. Sepertinya aku melupakan sesuatu. Kulirik jam dinding. Sudah tengah malam, sebaiknya aku istirahat lagi.
Komentar
Posting Komentar
Mari Berkomentar, Siapa Tahu Nanti Kita Ketemu Dijalan