Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2017

Masih Terasa Kosong

Nada yang terulang kembali tanpa aku sadari, sudah berputar lebih dari yang aku ingat. Tak sedikitpun membuatku muak, tapi tegang terasa. Kian waktu terlewati perlahan, dan aku hanya bisa memperhatikannya terbuang hanya untuk bernafas. Aku sedikit berfikir, apakah nafasku ini berarti? Hanya aku yang merasakannya, dan jika aku tidak menghirupnya, tak akan ada yang rugi. Entah jika aku mati, akan membuat sedikit kelonggaran atau tidak kepada manusia yang tersisa. Aku sudah tidak tahu lagi seberapa banyak persedian oksigen untuk kita semua. Mengingat semakin banyak pohon ditebang dan pembakaran hutan. Memang sepertinya masih banyak, tapi aku sedikit khawatir, bagaimana nanti dimasa yang akan datang. Bicara seperti itu pun tidak akan mengubah fakta bahwa aku tidak bergerak sedikitpun dari tempatku berbaring. Tenaga yang kupunya hanya tersisa untuk melihat dan berfikir. Aku bahkan sudah tak ingat sudah berapa lama aku terbaring disini. Aku terus merasa gelisah. Akankah aku akan ber

Tak Seperti Biasanya

Tak seperti biasanya, hari ini aku tak membuat secangkir kopi ataupun teh, tapi hanya satu teko penuh dengan air teh yang kucampur dengan satu balok es yang kubeli dari warung samping kontrakanku.  Karena harus kamu ketahui, entah mengapa air es dipagi hari cukup menyegarkan diriku yang selalu merasa kepanasan ini. Biarpun terkadang ini bukan sekedar panas dalam biasa, mungkin bisa kita katakan, jiwaku yang terbakar, atas semua dosa-dosa lalu yang telah kuperbuat ini, diriku kadang tak merasakan apa-apa selain penyesalan semu yang biasa. Bisa dikatakan sebagai setan yang selalu ingin dipandang baik sebagai sesosok malaikat bersayap hitam, karena diriku selalu saja menutup kebenaran dengan apa yang terjadi terhadap diriku dari orang tuaku. Yah, aku memang cukup pengecut untuk mengatakan kebenaran. Aku tak bisa berterus terang apa adanya. Pernah sekali aku mengatakan kebenaran yang cukup membuat telinga orang tuaku bergetar. Ada rasa, sebuah gangguan yang wajar di alami oleh orang

Perintah Pembunuh Pertemanan

Sebagai seorang tentara, semua perintah yang telah diberikan akan kulakukan dengan sepenuh hati. Biarpun itu bertentangan dengan hatiku ini. Kita ini tentara, kita ini berjuang untuk kemerdekaan bangsa. Jika aku dapat perintah untuk mengahncurkan sebuah area, aku akan melakukannya dengan baik. Militer adalah sebuah organisasi, dan dalam organisasi ada perintah yang harus kita laksanakan sesuai dengan kewajiban kita. Maka dari itu, jika tidak siap untuk menyerahkan seluruh dirimu kepada militer, maka sebaiknya jangan jadi tentara. Toh. Itulah yang kupikirkan saat membayangkan masa peperangan. Saat membayangkan diriku mengenakan seragam militer kebangsaan, dengan perintah dari atasan yang diberikan kepadaku. Aku berdiri dihapadan markas sahabatku. Perintah itu berisikan “Bebaskan para tahanan perang”. Dengan senapan laras panjang yang sedang kugenggam ini, aku bertekad akan menyelesaikan misi ini. Sebuah radio yang diberikan komandan, mengintruksikan diriku untuk memberikan kordin

Sekedar Kepantasan Untuk Kata

Kata yang telah tertulis rapih dalam susunan kalimat, kini kukatakan dengan jelas semua apa yang ingin ku utarakan dari semua masa lalu yang telah terkumpul lama ini. Aku benar-benar sedikit kecewa akan diriku ini karena tidak terlalu menyadari sebuah perasaan tak tulus yang kuterima di hari lalu. Tapi sebuah kenangan yang pahit mungkin sedikit demi sedikit akan kutambahkan gula canda tawa sebagai pemanis yang mungkin akan membuatku diabetes. tapi karena rasa manis yang memiliki efek samping ini, aku merasa sedikit tenang. Tenang dalam kehangatan jiwa dibalut dengan kata yang sebisa mungkin ku ukir kedalam puisi namun gagal karena kurangnya pengetahuanku akan diriku sendiri. Sedikit kekecewaan akan diriku tak akan berakibat fatal untuk masa laluku. Yah, itu sudah pasti. Tapi masa depan yang sedikit gelap karena awan rintangan cukup tebal untukku bisa menerawang. Dan sebatas kata, aku akan mengatakan sebuah kata tak bermakna lagi dari lubuk hatiku yang busuk ini. Bahwa hari esok,

Sekedar Kata Tak Bermakna

Pertarungan dari semua jiwa yang terkumpul dalam ingatan ketika masa lalu yang telah di yakini akan membuat perubahan besar terhadap zaman yang kian mulai meranjak tua darin apa yang kita yakini sebuah awal untuk mengakhiri kehidupan kita yang perlahan mulai terseret kedalam imajinasi kata tanpa batas menghubungkan diri dan semua kata yang telah tersirat tanpa makna tersusun terhempas biarpun hanya sekedar imajinasi yang semu dalam nestapa dada tersakiti akan kata-kata penyayat hati mulai mendekati akhir dari sebuah pelajaran yang tiada henti terulangi dalam aliran waktu yang terbatas akan jiwa ternoda oleh serpihan masa lalu yang tiada henti mulai dikemas secara rapih dalam memori  otak manusia yang terkadang tak luput dari kematian yang akan kita sambut dengan sebuah senyuman untuk mengiring akhir dari sebuah kehidupan seseorang yang kita sayangi akan terus hidup tak berujung tanpa koma dan sebuah pembatas titik yang tak akan terhenti dari kepribadian buruk sesosok kawan lawa tak ak

Sahabat

Hai, Udah pagi sahabat. Eh. Ataukah kamu ingin ku panggil dengan sebutan kawan? Sebenarnya aku menulis ini sambil mendengarkan lagu Ohayo, lagu pembuka dari Hunter X Hunter keluaran tahun 1999 yang telah di cover ke bahasa Indonesia. Karena memang saya tidak terlalu mengerti akan bahasa Jepang, jadi saya membutuhkan lagu yang sudah diterjemahkan agar dapat mengahayati lagu ini dengan lebih jelas. Ingin kukatan padamu kawan, persahabatan ku tak mau berakhir. Rindu yang selalu kutumpuk mulai menggebu ketika tiap detik yang kujalani bersama kalian terasa singkat. Biarpun aku tahu kita sering berdebat dan berpendapat yang berbeda-beda, bahkan aku sendiri merasa aneh dengan semua sikapmu. Tapi, perlu di ingat, aku mengenal dengan baik dirimu, mengenal dengan baik semua kebaikan dan semua kejelekanmu, ini semua kuketahui karena aku adalah sahabatmu. Biarpun sedikit terlambat untuk menyambut pagi, dan biarpun pertengkaran kata yang dulu selalu kita lakukan bersama, entah antara emosi yan

Kakaka

Ketika sepi, sepertinya tak banyak yang terbayangkan. Mungkinkah serpihan kata yang sedang kususn dapat memberikan kesan mendalam kepada pembacanya? Entahlah. Aku sendiri amat teramat suka menggunakan kata “Entah” Sepertinya aku mulai melupakan beberapa janji yang entah kubuat dan kulupakan. Karena jika janji sepihak yang belum tentu dapat kita pastikan. sepertinya hanya sekedar membuang ludah, atau mungkin menelan ludah. Sekarang sudah jam berapa? pikirku, mungkin terlalu banyak mengurai kata yang perlu, aku jadi banyak bicara omong kosong. Tapi ya inilah diriku yang sebenarnya, penuh dengan ketidak pastian. Dan se. eh, aku berhenti ketika ingin mengatakan sesuatu. “se”? tadi apa yang sedang kupikirkan? ah. sepertinya aku mulai melupakan beberapa kata yang ingin ku ungkapkan, tapi inikan hanya sebatas kata yang mungkin saja hanya sebatas omong kosong. Baiklah, Tuan yang amat suka Basa basi kosong. Hadapi diri yang mulai menyepi ini, dan katakanlah kepada dunia, apa yang sebenarny