Dea Th Typography - By AdeHaze |
Ketika kematian telah dekat. Rasa sakit dalam gengaman tangan terlihat indah. Darah-darah yang menetes perlahan jauh dari ujung jari-jari. Dalam ruang kamar remang-remang seorang gadis bermain-main dengan Pisau. Wajah bagagia tapi tidak terlalu puas. Pisau tumpul terus digesekkan dengan cepat. Satu-persatu jari itu putus dari tangan seorang pria tua.
Pria tua itu tergantung dengan kaki di ikat tak sadarkan diri. Wajah pucat kekurangan darah. Lantai putih ternodai merah darah kental. Perempuan itu menikmati kesengsaraan pria tua itu. Tetulis di nama dada “Fransi Manisto”. Pria tua yang menjadi korban Kesenangan dewi kematian.
“aku ingin melihat jantung yang asli” bisik Dea sang dewi kematian. “aku bosan jika hanya melihatnya di video” lanjutnya lagi. Dari pisau dapur tumpul, Dea berganti ke pisau cukur. Tepat di posisi jantung, Dea menekan pisau cukurnya hingga menembus dada Fransi. Dengan hati-hati Dea merobek area sekeliling jantung. Sebisa mungkin agar jantungnya tidak rusak.
Sekuat tenaga Dea menarik keluar jantung Fransi. Bagian-bagian yang terhubung dengan jantung terputus kasar. Darah bercucuran. “jantung ini indah” seperti tawa setan, Dea membanggakan jantung yang berhasil dia ambil dari tubuh Fransi.
“Hey, Fransi! Matamu terlihat indah. Aku juga ingin memiliki matamu”. Dea meletakan jantung segar Fransi ke dalam stoples. Dea, perempuan berjiwa keji yang menyukai organ tubuh manusia. Jantung Fransi adalah koleksi organ tubuh pertamanya.
“tengkorakmu cukup keras, sepertinya aku harus memutus kepalamu untuk memudahkanku mengambil matamu yang indah”. Dea bergegas menuju dapur. Mencari senjata tajam yang cukup sesuai untuk memutus kepala Fransi. Kilauan cahaya terpantul lewat kapak yang tersinari cahaya matahari lewat celah-celah jendela. “ketemu” kata Dea.
Kapak yang tidak terlalu besar tapi cukup untuk memutus leher kerbau dalam sekali tebas. Sekuat tenaga Dea mengayunkan kapaknya seperti saat seorang pemain baseball ingin memukul bola yang dilempar. “ah, meleset” darah muncrat seketika. Darah-darah itu keluar layaknya selang yang bocor. Dea tidak mengenai leher Fransi.
Tebasan Dea memotong Fransi yang tergantung terbalik menembus rongga-rongga mulut Fransi. Sebagian kepala Fransi jatuh kelantai. Mulut Fransi ternganga. Gigi-gigi putih bersih hancur karena Dea menebasnya tepat dimulut Fransi di antara tengah-tangah bagian gigi. Kali ini darah Fransi mengalir lebih deras dari sebelumnya. Kepala Fransi telah dibelah menjadi dua. Darah yang kental mencampuri otak yang cair. Kedua bola mata Fransi telah dipindahkan ke dalam stoples.
Senja ini, terlihat indah saat mata dipenuhi dengan noda darah. Merah senja darah duda. Sunyi tanpa teriakan seorang ayah.
Komentar
Posting Komentar
Mari Berkomentar, Siapa Tahu Nanti Kita Ketemu Dijalan