Pagi ini, kupersiapkan seluruh barang-barangku yang lama tersimpan dalam kantor Missi. Masa jabatanku sebagai pimpinan redaksi sudah habis. Tanpa adanya Pergantian pengurus oleh sang dewan redaksi. Ust. H. Masykur Rahiem, S.Pd.
Sebelumnya, minggu-minggu sebagai pimpinan redaksi terasa tidak jelas. Tanpa adanya pembimbing yang membimbing. Aku bingung, aku terus mencoba mengatasi keganjilan ini. Dan pada akhirnya, aku hanya bisa duduk termenung tanpa tahu tujuan.
Tadi malam, utusan Ust. Abdul Rosyid datang menemuiku. Dia meminta kunci yang kepegang untuk akses masuk kekantor Missi. Ya sudah kuberikan saja kepadanya Lagi pula tak ada alasan bagiku untuk mempertahankan sesuatu yang tidak jelas.
Aku sempat kaget. Ini seakan-akan konspirasi paska meninggalnya beliau. Begitu beliau tiada, Missi, pun ikut tiada. Rencana yang cukup berani. sebenarnya aku sempat kecewa, tapi, dalam hatiku berfikir lebih jauh kedepan.
Semoga saja generasi selanjutnya bisa melebihi kami, melebihi semua mimpi-mimpi kami. karena sebelumnya kami hanya bisa bermimpi tinggi dan jatuh pada akhirnya. Sempat kecewa dan patah tulang dalam batin, tapi ini masih bisa di obati.
Dan sekarang, adalah akhir dari kami dan awal untuk kalian. generasi selanjutnya.
Sebelumnya, minggu-minggu sebagai pimpinan redaksi terasa tidak jelas. Tanpa adanya pembimbing yang membimbing. Aku bingung, aku terus mencoba mengatasi keganjilan ini. Dan pada akhirnya, aku hanya bisa duduk termenung tanpa tahu tujuan.
Tadi malam, utusan Ust. Abdul Rosyid datang menemuiku. Dia meminta kunci yang kepegang untuk akses masuk kekantor Missi. Ya sudah kuberikan saja kepadanya Lagi pula tak ada alasan bagiku untuk mempertahankan sesuatu yang tidak jelas.
"Lebih baik aku kehilangan sesuatu dengan jelas daripada aku mempertahankan sesuatu yang tidak jelas" pikirku.Bagiku, ini adalah jawaban atas keterlantaran kantor dan redaksi selama ini. Semoga saja dengan ini Missi bisa lebih baik. Tapi, aku pernah menguping pembicaraan Ust. Abdul Rosyid, dia mengatakan akan menutup Redaksi Missi dan akan membuat redaksi baru. Uqi News.
Aku sempat kaget. Ini seakan-akan konspirasi paska meninggalnya beliau. Begitu beliau tiada, Missi, pun ikut tiada. Rencana yang cukup berani. sebenarnya aku sempat kecewa, tapi, dalam hatiku berfikir lebih jauh kedepan.
Lebih baik mempertahankan Majalah Missi yang cakupannya hanya dalam lingkungan pondok, atau membuat yang baru, Uqi News dengan cakupan yang cukup luas?Jika aku diberikan pilihan seperti itu, tentu saja aku akan memilih Uqi News. Karena selama ini aku seperti katak dalam tempurung. Biarpun aku dan teman-temanku, staff Majalah Missi Generasi 15 menjadi akhir dari Majalah Missi. Setidaknya kami telah berusaha ikut dalam sejarah Missi.
Semoga saja generasi selanjutnya bisa melebihi kami, melebihi semua mimpi-mimpi kami. karena sebelumnya kami hanya bisa bermimpi tinggi dan jatuh pada akhirnya. Sempat kecewa dan patah tulang dalam batin, tapi ini masih bisa di obati.
Dan sekarang, adalah akhir dari kami dan awal untuk kalian. generasi selanjutnya.
Komentar
Posting Komentar
Mari Berkomentar, Siapa Tahu Nanti Kita Ketemu Dijalan