Langsung ke konten utama

Akhir Dari Pesantrenisme?

Sekarang ini, 04 Mei 2014. Hari yang sangat bersejarah di Pesantren Modern Ummul Quro Al-Islami Bogor. Siswa-siswi akhir diwisuda. Setelah tiga tahun belajar dan berusaha keras mencari ilmu. Usaha mereka sekarang terbalaskan dengan kelulusan dan tanpa ada satu pun dari mereka yang gagal dalam ujian akhir sekolah. Kelulusan mutlak generasi lima belas. Riyaadul Jannah. Generasi Taman Surga.


Pesan terakhir KH Helmy Abdul Mubin, Lc. Pemimpin pesantren modern Ummul Quro Al-Islami Bogor tertancap dalam hati para wisudawan dan wisudawati. Satu persatu nama mereka di panggil untuk maju kedepan mengambil ijazah.

Kini pesantren telah melepas mereka untuk menempuh hidup yang lebih sulit lagi. Satu per satu Alumni keluar dari gedung serba guna dengan pakaian wisuda dan toga mereka. Menjinjing sebuah ijazah kelulusan. Ada rasa haru dan juga tawa. Menangis dengan bangga. Dan lagi wajah orang tua mereka yang sangat gembira melihat putra dan putri mereka di wisuda.

Gerbang pemisah antara dunia pesantren dan dunia luar seakan sudah tidak ada lagi batasan. Siswa-siswi kelas akhir telah di wisuda. Rasa bangga muncul dari hati mereka. Kini mereka telah siap untuk menaiki tangga yang lebih tinggi. Tangga masyarakat. Ada beberapa diantara mereka yang berniat melanjutkan hingga kuliah ada juga yang berniat melanjutkan ke pesantren salafi.

Seseorang dengan kamera DSLR D1100 atau yang bisa kita sebut dengan kamera Cannon T3 Rebell memotret setiap sudut bagian pesantren. Memotret setiap kenangan terakhir setelah berjuang untuk lulus dari pesantren ini. memotret setiap senyuman dan haru dari wajah-wajah yang telah berusaha keras untuk lulus.

Sesorang yang memegang kamera itu bernama Muammar Altaf, teman-temanya selalu memanggil dia dengan sebutan Altaf. Hobinya adalah menulis dan juga fotografi. pencetus sebuah komunitas Fotografi Santri Uqi dan mantan pemimpin redaksi sebuah majalah di pondoknya.

Dia juga seorang pemimpi yang punya target-target yang harus dia capai. Terutama targetnya semenjak dia masuk kelas 1 Ma, Masuk ke Universitas Gadjah Mada dan meneruskan belajarnya di Jepang.

Sebuah kata-kata magis dari penulis yang sangat ia kagumi, Andrea Hirata dan juga sebuah grup band Bondan Prakoso Fade 2 Black mengisnpirasinya untuk bermimpi dan mewujudkan semua mimpi-mimpinya.
Tekadnya sudah bulat untuk meninggalkan bogor, mengejar mimpinya ke Jogja untuk kuliah di Universitas ternama, UGM. Biarpun dia memiliki nilai merah di raportnya, tapi dia selalu optimis untuk terus maju. Biarpun kenyataan pahit akan menghadangnya, tapi dia sudah siap untuk menerima semua kemungkinan terburuk. Lagi pula, tuhan tidak akan memberikan cobaan yang tidak sesuai dengan kemampuan kita. Dan lagi, tuhan pasti punya rencana yang lebih baik untuk kita.

Altaf melihat gambar yang baru saja dia ambil di layar kamera. Wajahnya terlihat sedih, tapi enggan mengeluarkan air mata. Ayah kandungnya melarangnya untuk menangis. Biarpun rasa sakit terus-menerus menjalar. Dalam hati Altaf sebenarnya menangis. Dia mencoba menutupinya dengan senyuman. Senyuman yang amat tulus.

Altaf meneruskan langkahnya. Mencoba mengambil gambar sebanyak-banyaknya. Mengabadikan tawa dan tangis kedalam sebuah kamera. Memotret setiap gerakan yang dilihatnya mempunyai kenangan.

 “Altaf, ambil gambar kita” Rozaq Ra berseru keras. Dia berdiri bersama Juno, Natsu, Ozi, Arif, Dicki dan juga Beben. Membentuk sebuah barisan ber banjar dengan tangan saling disilangkan.

Altaf menghampiri mereka yang sudah siap dengan formasi yang mereka bentuk. “Ok, ambil posisi” Altaf mengarahkan kameranya. Mencari sudut yang bagus untuk memotret. “3…..2……1..” kilatan cahaya dengan cepat keluar dari kamera.

“Altaf, ayo foto bareng kita. Biar Rifqi aja yang ambil gambar” seru Rozaq.

Altaf memberikan kameranya ke Rifqi yang sedang memainkan ponsel. Altaf masuk ke barisan banjar yang saling menyilangkan tangan. Dia berdiri ditengah-tengah. Di apit oleh Natsu dan Juno. memasang senyuman di wajahnya sebelum gambar di ambil. Sebuah kenangan yang di abadikan dengan kamera. Persahabatan tidak akan pernah mati.

Altaf masih dengan senyumannya, sesaat ketika perempuan yang amat di sukai dari kelas satu sma lewat. “Ah,, Perempuan itu” mata Altaf tertuju pada seorang wanita berpostur tubuh kecil memasuki gedung Britama. Altaf berlari mengejarnya.

“hei” Panggil Altaf.
“Altaf. Ada apa memanggil?” tanya perempuan itu.
“Eh, enggak, Hanya ingin mengucapkan kata perpisahan saja, hehehehe”
“Oh,,”
“kamu mau kuliah dimana?” tanya Altaf.
“Aku mau kuliah di ISI,  hehehe”
“ISI ya, semoga lolos aja ya, hehhehehehe. Boleh minta nomor hp kamu enggak?”
“boleh, eh. Bukannya kita pernah smsan?”
“emang pernah ya?.”
“Emang kamu ganti nomor?”
“eh, nomorku masih mentari kok”
“nah kan, nomorku juga enggak ganti, lagian, buat apa gonta-ganti nomor hp.”


“Baguslah”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ashabul Maimanah

Sabtu Siang

Penghuni kelas yang cukup ramai, XII IPS 1. Hanya penuh ketika wali kelas mengsi kelas. Wajar, diriku pun juga sama, hanya mengisi apa yang perlu di isi dikelas. Diriku yang lelah sama huruf Arab sama sekali tidak tertarik untuk memperdalam ilmu nahwu sharaf. Aku lebih suka belajar bahasa Inggris dan juga bahasa Jepang. Yang kulakukan ketika guru atau yang biasa di pesantren disebut Ustad, datang dengan buku kekuningan yang selalu dia bawa ketika pelajarannya. Duduk paling belakang dan langsung ambil ancang-ancang untuk membuka buku faforitku. Shonen Jump . Inilah yang paling menarik. Bagusnya Ustad yang mengajar pelajaran tata bahasa Arab Nahwu orangnya kalem, jadi aku bisa dengan tenang membaca Komik. Tapi aku lebih suka menyebutnya ini Manga. Kenapa, ya inilah bahasa Jepang. Shonen jumpa sendiri yang kupunya keluaran dua bulan yang lalu. Sebenarnya sih aku sudah membaca semua manga yang ada di dalamnya, sekedar untuk menghibur diri. Saat seru-serunya membaca Fairy Tail, ustad menegu...

AdeHaze Dan Sebuah Logo

Setelah bertahun-tahun lamanya, waktu aku masih menggunakan adehaze.blogspot.com, waktu aku masih belum terlalu terjerumus dalam dunia komputer dan internet. Banyak hal yang kulakukan karena ingin tahu dan juga hobi. Entah sudah berapa lama kugunakan wajah Makoto Kikuchi sebagai logo dari blog ku yang dulu. Alasan kugunakan wajahnya sih, sederhana. Karena gambar itu bagus, dan gambar itu juga punya cerita dalam kehiduanku. Dan aku sendiri perlahan ingin mencari logo yang benar-benar bisa menggambarkan AdeHaze itu sendiri. Tapi, dengan kemampuan desain ku yang masih dibilang maih balita ini, aku perlahan ingin mencari jati diri pada diriku sendiri. Mencari jati diri juga ada tempatnya, dan kompas penunjuk jalanku tak memberikanku jalan yang tepat, hingga membuatku tersesat hingga bertahun-tahun lamanya. Rasanya aku seperti menyia-nyiakan sisa waktu yang aku punya. Dan entah kenapa, selama beberapa tahun ini, aku lebih percaya diri menggunakan nama "AdeHaze" ...