Langsung ke konten utama

Perintah Pembunuh Pertemanan

Sebagai seorang tentara, semua perintah yang telah diberikan akan kulakukan dengan sepenuh hati. Biarpun itu bertentangan dengan hatiku ini. Kita ini tentara, kita ini berjuang untuk kemerdekaan bangsa. Jika aku dapat perintah untuk mengahncurkan sebuah area, aku akan melakukannya dengan baik.
Militer adalah sebuah organisasi, dan dalam organisasi ada perintah yang harus kita laksanakan sesuai dengan kewajiban kita. Maka dari itu, jika tidak siap untuk menyerahkan seluruh dirimu kepada militer, maka sebaiknya jangan jadi tentara.
Toh. Itulah yang kupikirkan saat membayangkan masa peperangan. Saat membayangkan diriku mengenakan seragam militer kebangsaan, dengan perintah dari atasan yang diberikan kepadaku. Aku berdiri dihapadan markas sahabatku. Perintah itu berisikan “Bebaskan para tahanan perang”.
Dengan senapan laras panjang yang sedang kugenggam ini, aku bertekad akan menyelesaikan misi ini. Sebuah radio yang diberikan komandan, mengintruksikan diriku untuk memberikan kordinat markas yang sedang berada dihadapanku. Puluhan kilometer jauh dibelakang, telah siap barisan artileri yang siap melontarkan bom untuk membumi hanguskan sebuah markas.
Berdasarkan intruksi yang kuterima, aku harus menyampaikan peringatan kepada musuh untuk segera menyerah. Dan jika tidak diterima dengan baik, aku terpaksa harus mengirimkan sinyal untuk mulai bertempur.
Dan disinilah, ketika aku mulai mencoba mendekati markas musuh, ratusan peluru ditembakan dari balik kaca markas musuh. Biarpun tak mengenaiku, itu tandanya mereka tidak menyetujui untuk menyerah.Dengan tahanan perang yang jadi korban, membuat komandan militer untuk segera mengintruksikan barisan pasukan artileri untuk menembakan serangkaian bom kepada musuh.
Disinilah aku berdiri, saat peperangan terjadi. Aku dan kawanku saling bertatap muka dari kejauhan. Dengan alat bantu teropong dari senapan yang ku bawa ini, kulihat dia sedang bersiap-siap untuk menembak diriku, begitupun juga diriku.
Dan saat pelatuk telepas bersamaan dengan kawan. Dua buah peluru melesat cepat dari kedua arah yang berlawanan. Peluru itu jelas sedang mengarah kepadaku. Tapi aku tak tahu kenapa, seolah aku harus menghadapi ini dengan mata kepalaku sendiri.
Bahuku tertembak, darah yang berucuran kini mulai keluar. Aku mencoba menahan, kulihat peluruku menembus dahinya. Itu merupakan tembakan yang cukup fatal. Dengan kematianmu kawan, kulakukan ini karena perintah yang telah diberikan atasan kepada diriku.
Sekuat apapun persahabatan kita, aku tak akan kuasa untuk mengingkari perintah yang telah diberikan kepadaku. Biarpun aku harus membunuh kawan terbaikku sendiri.
Selamat tinggal kawan terbaikku.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ashabul Maimanah

Sabtu Siang

Penghuni kelas yang cukup ramai, XII IPS 1. Hanya penuh ketika wali kelas mengsi kelas. Wajar, diriku pun juga sama, hanya mengisi apa yang perlu di isi dikelas. Diriku yang lelah sama huruf Arab sama sekali tidak tertarik untuk memperdalam ilmu nahwu sharaf. Aku lebih suka belajar bahasa Inggris dan juga bahasa Jepang. Yang kulakukan ketika guru atau yang biasa di pesantren disebut Ustad, datang dengan buku kekuningan yang selalu dia bawa ketika pelajarannya. Duduk paling belakang dan langsung ambil ancang-ancang untuk membuka buku faforitku. Shonen Jump . Inilah yang paling menarik. Bagusnya Ustad yang mengajar pelajaran tata bahasa Arab Nahwu orangnya kalem, jadi aku bisa dengan tenang membaca Komik. Tapi aku lebih suka menyebutnya ini Manga. Kenapa, ya inilah bahasa Jepang. Shonen jumpa sendiri yang kupunya keluaran dua bulan yang lalu. Sebenarnya sih aku sudah membaca semua manga yang ada di dalamnya, sekedar untuk menghibur diri. Saat seru-serunya membaca Fairy Tail, ustad menegu...

AdeHaze Dan Sebuah Logo

Setelah bertahun-tahun lamanya, waktu aku masih menggunakan adehaze.blogspot.com, waktu aku masih belum terlalu terjerumus dalam dunia komputer dan internet. Banyak hal yang kulakukan karena ingin tahu dan juga hobi. Entah sudah berapa lama kugunakan wajah Makoto Kikuchi sebagai logo dari blog ku yang dulu. Alasan kugunakan wajahnya sih, sederhana. Karena gambar itu bagus, dan gambar itu juga punya cerita dalam kehiduanku. Dan aku sendiri perlahan ingin mencari logo yang benar-benar bisa menggambarkan AdeHaze itu sendiri. Tapi, dengan kemampuan desain ku yang masih dibilang maih balita ini, aku perlahan ingin mencari jati diri pada diriku sendiri. Mencari jati diri juga ada tempatnya, dan kompas penunjuk jalanku tak memberikanku jalan yang tepat, hingga membuatku tersesat hingga bertahun-tahun lamanya. Rasanya aku seperti menyia-nyiakan sisa waktu yang aku punya. Dan entah kenapa, selama beberapa tahun ini, aku lebih percaya diri menggunakan nama "AdeHaze" ...