Kamu, tahu arti dari sebuah perkumpulan yang mengatasnamakan “Sosial”, sedikit terdengar aneh untuk seseorang yang bahkan tak mengerti arti dari komunikasi untuk ikut andil dalam sebuah perkumpulan sosial. Terkadang, seseorang itu bahkan tak mengerti untuk apa dia memasuki perkumpulan itu.
Ah sudahlah, dia hanya dirinya yang tak mengerti akan sosialisasi dan komunikasi memasuki kewajibannya sebagai anggota yang terpaksa masuk karena lingkungan kedalam ranah kecil setelah kelulusan yang bahkan dirinya merasa tak dianggap. Tidak, dengan jelas dia mengatakan kepada mereka untuk tidak “Menanggap dirinya”, karena dia tahu, dia hanyalah segumpal daging yang bernyawa yang tak memiliki hati untuk dikasihani.
Saat ini, seseorang itu hanya mengikuti lika-liku kehidupan bagaikan mesin yang bergerak mengikuti sebagai mana mestinya mesin dibuat untuk melakukan kegiatan serupa lagi dan lagi. Mesin yang menunggu untuk digantikan dengan mesin yang baru.
Ya, dia berharap segera digantikan dengan roda gerigi yang baru, karena dia tahu, dia sangat mengetahui, bahwa dirinya dalam lingkungan mekanisme sosial ini tak akan memberikan pengaruh banyak dalam memutar roda kehidupan ini. Karena dia sangat mengetahui itu, dia berharap untuk segera digantikan.
Pergantian suku cadang, pergantian kehidupan, pergantian pola pikir. Dan ketika semuanya telah terganti, akankah dia bisa sedikit merasakan udara kebebasan yang selalu dijanjikan? Seperti tak mungkin, karena yang dia tahu, kebebasan yang dia miliki hanyalah kebebasan singkat yang hanya bisa dirasakan dalam hitungan waktu yang akan hilang dalam zaman.
Dalam perjalanan ini, dia berharap untuk segera menemui akhir dari perjalanan yang tak ingin dia rasakan, tapi setidaknya dia tahu bahwa akan ada sedikit kebebasan saat dia kembali menjadi dirinya yang dulu.
Bangunan besar telah terlihat, dirinya langsung tertuju menuju sesosok musisi yang sedang melantunkan nada dari balik jendela, tak hanya dia yang menyadari sang musisi itu, karena alam selalu memperhatikan dan mengiringi alunan nada kehidupannya.
Pertemuan yang tak ditakdirkan ini, seorang pelarian dan seorang musisi bersama untuk membuat sedikit pergeseran roda gigi yang selalu memutar kearah yang sama. Tak ada niat untuk menghancurkan roda gigi tersebut, hanya ingin sedikit memutar kearah yang tidak semestinya.
Dengan sebuah kendaraan yang tak terlihat bagus, lebih ke kendaraan pesakitan, seorang pelarian dan seorang musisi pergi jauh dari lingkaran yang dianggap sebagai sumbu dari ketidak adilan yang dirasakan oleh seorang pelarian tersebut.
Seorang pelarian hanya bisa teriak untuk melepas rasa penatnya dari sedikit kebebasan yang dia punya. Biarpun dia tahu, kebebasan itu hanya akan hilang sekali dia menutup mata, tapi dia mencoba untuk menikmati waktu yang singkat bersama kawan.
Dalam perjalanan yang membuat mereka tersesat, hanya ada canda dan tawa yang dirasakan, biarpun sesekali mengutuk seorang mentri yang tak kungjung memberikan kordinat lokasi pertemuan yang dijanjikan. Tak ada yang disalahkan, hanya saja sang musisi dan seorang pelarian ingin segera menempelkan telapak tangannya di pipi sang mentri tersebut.
Dengan waktu yang sudah mendekati pergantian hari, tiga manusia berkumpul diberanda rumah yang tengah dibangun. Dengan beragam bahan obrolan yang sepertinya tak kunjung habis meski sudah hari sudah bosan untuk melihat kami. Seorang politikus datang jauh-jauh dari seorang rumah pekerja.
Dan sedikit demi sedikit, rasa rindu ini sudah mulai terkumpul untuk dijadikan bahan obrolan, dan bahan tertawa. Itu semua terjadi hari yang sama. Seorang pelarian yang berlari menuju kawan-kawannya. Hanya untuk satu tujuan, yaitu mencari kebebasan yang singkat.
Dan sesingkat-singkatnya kebebasan, setidaknya dia masih merasakan kebahagiaan bersama orang-orang yang disukainya. Orang bijak dari dunia dua dimensi pernah mengatakan kepada seorang pelarian “Kamu tidak akan merasa senang bersama dengan orang yang kamu tidak sukai” dan “Kamu akan dua kali lebih senang bersama dengan orang-orang yang kamu sukai”. Kedua kata-kata itu memang terlihat sederhana tapi sangat dirasakan oleh orang-orang itu.
Tapi masih ada rasa yang mengganjal, karena seorang pekerja keras dan seorang polos tidak dapat bersama dengan seorang pelarian, seorang musisi, seorang mentri, dan seorang politikus.
Karena waktu yang singkat ini, sangat dinantikan untuk dirasakan dengan penuh kebahagiaan, dan kebahagiaan ini, kadang membutakan untuk mencari tahu, mana sesungguhnya kebahagiaan sejati itu. Biarpun mereka tahu, pada akhirnya kebahagiaan sejati itu, hanya akan berlangsung sebentar, dan tak bisa dinikmati hingga akhirnya menutup mata. _ 22 Juni 2017, Di Kota Malang. Dengan Segelas Kopi Dingin
Komentar
Posting Komentar
Mari Berkomentar, Siapa Tahu Nanti Kita Ketemu Dijalan