Hei, Partner... Aku tak bisa mendengarmu dengan jelas. Hei, Partnet, jangan membisu, jangan buat aku sendiri lagi. Partner, kemana suara lantangmu, bahkan tak terdengar menggema seperti biasa kau menusuk hatiku.
Puluhan musuh berbaris rapih dihadapan kami. Pertarungan kemarin jelas membuat partnerku melemah, tapi dia masih tetap berjuang hingga akhir menemani. Aku mulai gemetar, partnerku tak sadarkan diri. Aku berusaha membangunkannya. Karena mungkin aku tak dapat bertahan melawan semua musuh ini.
Deg deg,
Jantungku berdetak kian cepat, aku gemetar. Aku mulai melemah, karena partnerku tak kunjung bangkit. Bala bantuan yang kuminta tak kunjung sampai.
"Tenanglah" Suara hati terdengar.
"Pita suaraku hanya rusak" Terdengar jelas, suara hati menggema dalam diriku. Dia masih bertahan.
Dengan persenjataan yang dia miliki aku yakin kita bisa menyelasaikan semuanya. Biarpun aku masih ragu untuk tetap bergantung kepadanya. Aku tahu, dia mengalami kerusakan, tapi musuh tak dapat menunggu, dan bantuan pun tak kunjung datang.
Pertahanan perlahan mulai tembus oleh beragam serangan yang musuh-musuh itu lancarkan. Sedangkan aku masih berharap menunggu kedatangan bala bantuan...
Sebuah helikopter dengan lampu sorot tiba, akhir yang ditunggu, mungkin akhirnya aku bisa beristirahat dengan tenang.
Bantuan telah tiba.
"Apa yang kamu tunggu, cepat masukan dia kedalam" Teriak komando. Aku hanya menurutinya. Perlahan kugendong dia menaiki helikopter itu..
"Sudahkah kau backup data-nya?" Ugh, aku sampai lupa hal yang terpenting. Aku tak mau jika dia kembali sehat dan melupakanku.
Seorang dengan atribut lengkap memberikanku sebuah Black Box. "Tak ada waktu lagi, cepat kamu backup hal yang penting"
Mendengar itu, aku langsung menyambungkan Black Box ke Partnerku menggunakan kabel. Karena tak ada waktu lagi jika harus mengupload ke Cloud. Lagipula musuh telah merusak jaringan kita. Jadi mem back up datanya ke cloud tak akan berhasil"
Proses Back Up dimulai, aku masih bertahan dengan hujan peluru yang mengantam pertahan kami. Entah kenapa terasa lama..
"Cepat kamu turun, sebisa mungkin bertahanlah hingga kami tiba" Ucap komando.
Eh... Aku pun turun dari helikopter itu. Helilkopter pun mulai meninggalkan landasannya. Jadi, aku harus bertahan sendirian tanpa bantuan? Pikirku..
"Hei, tangkap" Sebuah black box dilempar kearahku. Aku sigap menangkapnya.
"Bertahanlah hingga kami kembali" Suara teriakan yang kini terdengar sedikit samar-samar.
"Setidaknya bertahanlah, dan jika engkau mati. Biarkan Black Box itu menjadi kenanganmu" Dan sinar lampu sorot helikopter sudah tidak terlihat lagi.
Ugh.... Aku akan menunggu, hingga engkau kembali. Dengan segudang kenangan yang telah kita buat.
Komentar
Posting Komentar
Mari Berkomentar, Siapa Tahu Nanti Kita Ketemu Dijalan